Saturday, February 12, 2011

Membaca Akhenaten


Sedang membaca Akhenaten.


Lagi berjuang untuk bisa menyelesaikannya sampai akhir. Kenapa ya? Padahal saya (pikir) saya sudah jatuh cinta pada buku ini sejak pandangan pertama (*eh?).


Saya baru sampai di halaman 25 dari 97. Long way to go huh?


Sedikit cuplikan, buku ini  mengingatkan saya pada Kitab Omong Kosong-nya Seno, yang berangkat dari kisah tentang Rama dan Shinta.


Akhenaten bercerita tentang sejarah dinasti Firaun. Akhenaten adalah raja yang pada masanya itu dianggap bid’ah karena memperkenalkan konsep Tuhan Yang Satu, dan menentang agama keturunan nenek moyangnya. Seperti mengingatkan pada kisah Nabi apa ya?


Cerita diawali oleh Meriamun, seorang anak yang kebetulan melintasi sisa-sisa kerajaan Akhet-Aten. Penasaran akan apa yang terjadi dengan kerajaan itu, Meriamun kemudian melakukan ‘penelitian’ dengan menemui beberapa orang terdekat Akhenaten pada masa itu, termasuk istrinya Nefertiti.


Nah, karena ceritanya disampaikan melalui banyak sudut pandang, jadi memang harus bersabar mengikutinya.


Dan saya baru terpikir, saya mungkin  memang punya masalah dengan buku-buku seperti ini.
Ini beberapa buku yang pernah saya baca yang menggunakan lebih dari satu sudut pandang orang pertama:
  1. The Moonstone – Wilkie Collins
  2. My Name is Red – Orhan Pamuk
  3. A Study in Scarlet (Sherlock Holmes)
  4. dan satu karyanya Agatha Christie, lupa judulnya
Buat saya, semuanya memang menguji kesabaran


Harus tahan membaca cerita yang hampir sama dari narator yang berbeda-beda (kadang bisa lebih dari 5), dengan sedikit detail yang berbeda di sana dan di sini.


Sejauh ini, saya baru sampai di narator ke-3 di Akhenaten. Mudah-mudahan tidak berhenti di tengah jalan lagi ya…


Feb 27, 2010

No comments:

Post a Comment